Tak ada secangkir kopi,,kembali di dekat kasur setelah seharian duduk di kursi yang biasa ku putar kekanan dan kiri jikalau badan ini sudah jenuh dan lelah pada satu posisi dengan menghadap monitor yang berisi deret huruf dan angka. Malam ini memori terbang ke masa lalu, masa yang lama hilang.
*******
Detak jam tak sanggup ku hentikan, terus berjalan seakan ingin menerobos ruanganku duduk termenung. Masih segar dalam ingatan, kulihat tas sekolah berwarna biru muda dengan sedikit ornament ukiran putih yang manis sekali di lihat, masih bersih belum terkena noda yang berarti. Sambil kubaca berulang kali sms yang masuk beberapa detik yang lalu, pesan yang membuat aku termenung dan menitikkan air mata sejenak, lama kucerna lagi deretan pesan itu.
Handphone ku berdering, suara di seberang sana memintaku datang menemuinya, hatiku semakin tak karuan.. bergegas aku datangi tempat suara itu berasal.
Tiba aku di depan pintu gerbang sebuah kost putri yang letaknya tak jauh dari sekolahku, segera aku berlari menuju asal suara tangisan di dalam kost itu,,pikiran ku sudah tak bisa ku ajak berpikir jernih, hanya bingung yang kurasakan. Apa ini lelucon? Apakah ini bercanda? Aku masih sibuk menenangkan temanku, tapi yang sebenarnya hatiku pun butuh untuk di tenangkan.
Tak lama kami menuju sekolah dan berkumpul besama para guru, berita itu belum bisa aku percaya, sahabat dekatku tertabrak mobil di jalan raya, tepat 21 hari sebelum Ujian Nasional SMA. Kami masih menunggu kabar selanjutnya, berharap berita itu hanya gurauan belaka, berharap ia akan tertolong, namun takdir berkata lain, telepon yang datang selanjutnya mengabarkan bahwa ia sudah di ambil Yang Kuasa, Tuhan….. berkali kali aku menenangkan diriku dan terus berharap aka nada ralat tentang berita itu, namun itu semua adalah kenyataan.
Siang itu robongan kami tiba dirumah duka yang sudah penuh sesak dengan pelayat lain, semua merasakan hal yang sama denganku, kehilangan. Seorang ibu terbaring lemas tak berdaya samping ruang tempat untuk menyolatkan almarhum, ia menangis sesenggukan, aku sangat merasakan kepedihannya, walau aku belum merasakan rasanya kehilangan seorang anak. Ku coba untuk mengucapkan bela sungkawa sedalam dalamnya padanya, ia tak kuasa membalas kata kataku.
Aku sempat melihatnya di mandikan, aku tak sanggup untuk melihatnya terlalu lama, karna senyumnya langsung membayang di pelupuk mata ini, namun dia tersenyum,, seperti tak ada beban pada almarhum, doa doa untuknya tak henti ku ucapkan dalam hati.
Tas biru muda itu membuat ku menangis lagi,, belum lama ia menemaniku membelinya, dia yang memilihkannya untukku,, canda tawa dan manjanya selalu melekat dalam ingatanku. Aku yakin ia akan bahagia di sana, di alam yang kekal, Allah menyayangimu sobat,, Allah tak ingin kau merasakan terlalu lama dunia yang penuh tipu daya ini.
******
Sekarang kembali pada kamar ini, tiba saatnya nanti aku juga akan mengalami fase itu, namun entah kapan, jam berikutnya, ataukah esok ataukah lusa tak akan ada yang tau.
Aku rindu padamu……..Ocha 🙂
oh turut berduka ya.. sahabat selalu dikenang..
tengkyu so much mbak 😀
Turut berduka ya Dew 😦
maacih mbak non,,,
ngemeng2 bahasa ku agak lebay ya di cerita ini,, 😆
Banyak kenangan bersama sahabatnya ya, Mbak?
Turut berduka ya, Mbak.
Walau udah lama berlalu tapi kalau dekat di hati ya rasanya tetap kayak kemarin deh.
Yang tabah yah mba Dewi.. Bener, kita semua akan menuju fase itu. Hanya tinggal waktunya aja. 🙂
makasih mbak py,, kejadiannya dah hampir 5 thn yang lalu spertinya,,
menunggu waktu dengan hal yang positip yah mbak py 😀