Jogjakarta, masih ditempat yang sama, tempat ku menjemput rejeki yang dilimpahkan Allah unutkku ditempat ini, dengan iringan lagu favoritku dari penyanyi yang lumayan antik, dan lagunya selalu abadi, inilah lagu sajadah panjang nya Bimbo, ditemani secangkir ‘Good Day’ hangat (karna diluar barusan hujan mengguyur sangat derasnya).
Lirik lagu ini sangat amat menyentuh bagiku, intro mulai mengalun dengan lembut,
Ada sajadah Panjang Terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ketepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Bait pertama yang kudengar membuatku berpikir bahwa kehidupan ini ada dan akan tidak ada lagi, kehidupan ini terbentang dan kelak tak akan terbentang lagi, manusia yang tadinya tak bernafas akan kembali tak bernafas lagi, yang berasal dari tanah akan kembalilah ke tanah, semuanya akan musnah.
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Di selingi sekedar interupsi
Bait selanjutnya, manusia wajib untuk beribadah, tunduk, sesuai dengan janji yang manusia ucapkan kepadaNya sebelum kita turun ke dunia ini. Di bumi ini yang hanya sementara, manusia tak seorang diri, Hablum minallah,hablumminnas.
Mencari Rejeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara Adzan
Kembali Tersungkur Hamba
Sebagian manusia (mungkin aku juga pernah) hanya memikirkan dunia saja, everything is right ketika dunia ini kita miliki, ketika tahta, harta, dan gemerlapnya malam menguasai hati, tertutup sudah, tapi aku yakin hatinya selalu was-was, tak ada ketenangan dalam hati kita. Kita pun wajib bekerja, walau rejeki sudah tertuliskan. Aku bukan lah manusia yang suci, banyak dosa yang ku lakukan, saat panggilan sholat tiba terkadang ku abaikan, Hanya 5 waktu yang Dia minta dari 24 jam yang kita miliki, adilkah?
Ada Sajadah Panjang Terbentang
Hamba Tunduk dan Ruku
Hamba Sujud tak lepas kening hamba
Mengingat dikau sepenuhnya
Saat kumenghadap untuk bercerita kepadaNya, tak sepenuhnya aku ada di tempat itu, jiwaku melayang entah kemana, bukan hanya Dia yang ada, dunia masih mendominsai otakku, waktu yang seharusnya ku persembahkan hanya untuk Sujud padaNya, mengingatnya, betapa buruknya aku. Tapi nikmat tak pula berhenti meski aku menduakannya dengan urusan duniawi, bahkan kepada manusia yang terang-terangan tak mengakuiNya, kasih sayangNya tetap mengalir, Subhanallah.